Entries Tagged as 'Uncategorized'

Belajar Dari : SOCRATES

Kedukaan bisa datang dari ucapan yang tidak direncanakan, atau telinga yang lupa menutup diri. Aku sering mengalami ini. Berbincang dengan rekan-rekan, saling melempar canda, lalu, dari saling cerita itu, “gosip” bisa diam-diam menyelinap. Dan luka datang tanpa dipanggil. “Eh, tahu nggak , Biru, aku mendengar sesuatu tentang Pipit. dia ternyata tidak sebersih yang kita kira….” atau, “Kayaknya, dia tidak seikhlas itu deh, dulu dia pernah…” Lama-lama aku sadari, selinapan “gosip” ini menjadi beban yang luar biasa. Syak-wasangka, purbaduga, benci, bisa datang dengan begitu indahnya, yang bahkan tanpa membutuhkan –mengikuti prinsip jurnalisme– verifikasi. “Gosip” diterima menjadi sebuah kebenaran baru, sebagai kejutan yang menggairahkan dalam memandang seseorang. Dan anehnya, entah kenapa, kadang benci bisa jadi begitu mengasyikkan. bermain dalam ketidakjelasan, menduga-kira, memanjangkan khayal dari secuil info, menebak keseluruhan hidup teman dari puzzle sas-sus, lalu “merasa” tahu tentang sesuatu yang dia sembunyikan, hmm… bisa memancing rasa bangga. Betapa aneh, karena kadang rasa bangga itu bertaut dengan kedukaan ketika menyadari bahwa “diriku” ternyata masih bisa dibohongi. Tapi, darimana muncul “rasa dibohongi” itu? Darimana lahir kedukaan karena menyadari sahabat tidak seideal yang aku bayangkan? Ya, dari cerita-cerita yang seharusnya tidak aku dengar. Cerita-kabar yang memang tidak menjadi milikku. Karena itu, ketika tadi pagi, seorang teman dengan tergopoh-gopoh membuyarkan mimpiku, hanya karena ingin berbagi kabar tentang Non, aku marah. Aku menolak kehadirannya. Aku tidak mau dengar sesuatu yang bukan menjadi hakku. Tapi dia memaksa, “Ini demi masa depan kamu. Kamu harus dengar kabar ini, penting banget…” Sempat sedikit ragu menguasai benakku. Ada apa dengan Non? Adakah sesuatu tentangnya yang tidak aku ketahui? Tapi, lintasan ragu itu segera kuhapus. Aku tepuk bahu sobatku, yang mungkin bermaksud baik. Lalu, sambil duduk, aku sorongkan rokok. “Merokoklah,” kataku. “Sebelum kamu ngomongin Non, biarlah aku yang bercerita dulu. Jika sesudah ceritaku ini kamu masih tetap mau ngomongin Non, aku akan mencoba mendengar.” Temanku itu setuju. Aku pun bercerita tentang Socrates. ****** Suatu pagi, seorang pria mendatangi Sokrates, dan dia berkata, “Tahukah Anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman Anda?” “Tunggu sebentar,” jawab socrates. “Sebelum memberitahukan saya sesuatu, saya ingin Anda melewati sebuah ujian kecil. ujian tersebut dinamakan saringan tiga kali.” “Saringan tiga kali?” tanya pria tersebut. “Betul,” lanjut Socrates. “Sebelum Anda mengatakan kepada saya mengenai teman saya, mungkin merupakan hal yang bagus bagi kita untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai saringan tiga kali. “Saringan yang pertama adalah kebenaran. Sudah pastikah bahwa apa yang anda akan katakan kepada saya adalah kepastian kebenaran?” “Tidak,” kata pria tersebut, “Sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada Anda”. “Baiklah,” kata Socrates. “Jadi Anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak. Hmm… sekarang mari kita coba saringan kedua yaitu kebaikan. Apakah yang akan Anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?” “Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk”. “Jadi,” lanjut Socrates, “Anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi Anda tidak yakin kalau itu benar. hmmm… Baiklah Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya, yaitu kegunaan. Apakah yang Anda ingin beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?” “Tidak, sungguh tidak,” jawab pria tersebut. “Kalau begitu,” simpul Socrates, “Jika apa yang Anda ingin beritahukan kepada saya… tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada saya?” ****** “Bagaimana?” tanyaku pada si teman, “Ada berita apa tentang Non?” “Ahh, nggak ada apa-apa. thanks ya, rokok kamu enak,” katanya, dan pergi setelah menepuk pundakku.

SAMPAH ……… !!!!

Sisa itu bagian penting dari proses kehidupan. Pembakaran dalam tubuh manusia menyisakan keringat. Proses pencernaan makanan meninggalan tinja atau kotoran yang mesti dibuang ke jamban. Pabrik-pabrik yang aktif produktif membuang limbah-limbah. Kehidupan kota-kota metropolitan melahirkan problem besar yakni SAMPAH.

Selengkapnya disini … !

MENGENALI GEJALA STROKE

Beberapa minggu yang lalu tepatnya tgl 3 Agustus 2008 sekitar pk.23.00 seorang tetangga pria setengah baya (41), yang rumahnya persis disebelah rumah saya (adu tembok) mengeluh pada istrinya kalau badannya kurang enak seperti masuk angin, beberapa saat kemudian bapak 3 anak tsb, sudah tidak sadarkan diri lagi, istrinya teriak-teriak minta bantuan melihat suaminya sudah gak berdaya. Segera para tetangga disekitarnya buru-buru membawa bapak tersebut ke Rumah sakit PKU Muhammadiyah,yang ada di Jl. KHA.Dahlan. Sesampai di rumah sakit, tim medis dan para dokter dengan sigap menolong bapak tersebut. Setelah kondisi bapak tersebut dirasa lebih baik, para tetangga yang mengantarkan beranjak pulang sekitar jam 03.00 dinihari.

Selengkapnya

Agar Pembantu Rumah Tangga Awet ….

Saya ingin membagikan pengalaman kepada pembaca khususnya ibu-ibu…… bagaimana kiatnya agar pembantu Rumah Tangga awet dan betah tinggal di tengah-tengah keluarga kita. Semenjak anak-ku yang kedua lahir (29) tahun yang lalu, aku terpaksa mengambil lagi satu pembantu rumah tangga,meski saat itu aku sudah punya pembantu (dari Wonogiri) untuk mengasuh anak-ku yang pertama, rasanya kasihan dan tidak tega kalau pembantuku yang pertama harus mengasuh ke dua anak-ku yang kebetulan jarak lahirnya hanya selisih 3 tahun 1 bulan. Berarti ada dua balita yang harus diasuhnya di dalam rumahku. Singkat cerit: aku ambil lagi pembantu yang kedua (dari Palbapang, Bantul), …….Pembantu pertamaku berhenti dari kami,  karena menikah, sewaktu anak pertamaku sudah selesai menyelesaikan kuliahnya. Dia ditengah-tengah kami sejak tahun 1978 dan berhenti tahun 2000 karena menikah. 22 tahun pembantuku yang asal Wonogiri berada di tengah-tengah kami. Lumayan lama ya?? Pembantu ku yang kedua lebih hebat lagi………… sampai saat ini masih bersama kami, sejak tahun 1980 - sampai sekarang, 28 tahun….. aku bersyukur dan berucap terima kasih pada Tuhan, juga pada kedua pembantu rumah tanggaku, yang dengan setia dan penuh kasih ikut membesarkan kedua buah hatiku. Apa jadinya kalau aku sebagai perempuan pekerja tidak dibantu mereka……..bisa-bisa anak-anaku tidak sesehat dan se sukses sekarang ini (ukuran sukses pasti berbeda-beda bukan?) setidaknya untuk ukuranku aja.

Nah dengan cerita tadi aku ingin membagikan pengalamanku Bagaimana pembantu-pembantuku bisa awet berada di tengah-tengah kami……. yang mungkin juga bermanfaat bagi ibu-ibu yang lain, yang kebetulan membacanya.

Inilah resepnya :

1. Perlakukan dia secara manusiawi (di-uwongke).

2. Hargai dia sekecil apapun dia lakukan untuk kita, kita wajib mengucapkan ” Nuwun yo (sebut namanya)…”

3. Kita usahakan bersikap “ngalah…………” (ngalah bukan berarti kalah to?)

4. Jangan terlalu di ceriwis-i ( mereka juga punya hak -hak dasar sebagai umat manusia)

5. Berikan waktu untuk ber-rekreasi sedikitnya setahun sekali untuk berwisata diluar kota atas biaya kita, bisa kita ikutkan klub-klub di radio amatir.

6. Jangan dimarah-marahin yang gak jelas penyebabnya. Kasihan kan dia juga udah capek membantu kita.

Semoga bermanfaat………!